Monday, March 30, 2020

Dampak Corona di Bidang Bisnis


            Sejak awal tahun 2020, dunia dikagetkan dengan merebaknya sebuah virus yang menyerang pernapasan manusia mirip dengan sindrom pernapasan akut parah berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Virus yang dinamakan SARS-CoV-2 berasal dari Wuhan, China, dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dalam beberapa kasus, virus ini menyerang penyakit saluran pernapasan bawah seperti pneumonia dan bronchitis.

            Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga memberikan keterangan berdasarkan informasi dari sejumlah kalangan China yang menyatakan kalau corona berasal dari penularan oleh kelelawar dan sebangsanya.

            Dilansir dari website resmi WHO, manusia dapat tertular Covid-19, apabila ia berhubungan langsung dengan orang yang lebih dahulu tertular virus ini. Penyakit ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang yang terinfeksi Covid-19 batuk atau saat membuang napas.

            Kasus pertama penyebaran virus corona atau Covid-19, di China terungkap. Setelah ditelusuri kembali kasus pertama penyebaran virus corona muncul pada 17 November 2019. Menurut data pemerintah China, penyebaran virus ini tak terdeteksi dan tak terdokumentasi. Pemerintah menduga seorang pasien berusia 55 tahun dari provinsi Hubei menjadi orang pertama yang terinfeksi Covid-19. Pemerintah China tidak mengungkap identitas lebih lengkap patient zero itu. Namun perlu diingat bahwa temuan ini tidak sepenuhnya konklusif karena beberapa kasus ditutupi setelah otoritas kesehatan menguji spesimen yang diambil dari beberapa pasien yang diduga terinfeksi Corona.

            China merupakan negara eksportir terbesar dunia. Indonesia sering melakukan kegiatan impor dari China dan China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Adanya virus Corona yang terjadi di China menyebabkan perdagangan China memburuk. Hal tersebut berpengaruh pada perdagangan dunia termasuk di Indonesia. Penurunan permintaan bahan mentah dari China seperti batu bara dan kelapa sawit akan mengganggu sektor ekspor di Indonesia yang dapat menyebabkan penurunan harga komoditas dan barang tambang.

            Penerimaan pajak sektor perdagangan juga mengalami penurunan padahal perdagangan memiliki kontribusi kedua terbesar terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor migas dan non-migas mengalami penurunan yang disebabkan karena China merupakan importir minyak mentah terbesar. Selain itu, penyebaran virus Corona juga mengakibatkan penurunan produksi di China, padahal China menjadi pusat produksi barang dunia. Apabila China mengalami penurunan produksi maka global supply chain akan terganggu dan dapat mengganggu proses produksi yang membutuhkan bahan baku dari China. Indonesia juga sangat bergantung dengan bahan baku dari China terutama bahan baku plastik, bahan baku tekstil, part elektronik, komputer dan furnitur.

            Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan larangan perjalanan ke dan dari China untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Larangan ini menyebabkan sejumlah maskapai membatalkan penerbangannya dan beberapa maskapai terpaksa tetap beroperasi meskipun mayoritas bangku pesawatnya kosong demi memenuhi hak penumpang. Para konsumen banyak yang menunda pemesanan tiket liburannya karena semakin meluasnya penyebaran virus Corona. Keadaan ini menyebabkan pemerintah bertindak dengan memberikan diskon untuk para wisatawan dengan tujuan Denpasar, Batam, Bintan, Manado, Yogyakarta, Labuan Bajo, Belitung, Lombok, Danau Toba dan Malang. Di Eropa juga memberlakukan aturan dimana maskapai penerbangan harus menggunakan sekitar 80 persen slot penerbangan yang beroperasi ke luar benua Eropa agar tidak kehilangan slot ke maskapai pesaingnya. Bukan hanya di Indonesia yang membatasi perjalanan ke China, namun negara-negara yang lain seperti Italia, China, Singapura, Rusia, Australia dan negara lain juga memberlakukan hal yang sama (www.cnnindonesia.com).



            Sektor Pariwisata

Tak hanya memukul pasar saham, mewabahnya virus corona juga ikut berdampak ke sejumlah sektor riil. Di sektor pariwisata, misalnya, penyebaran virus corona yang kian masif membuat aktivitas kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara turun signifikan.

Banyak masyarakat yang enggan bepergian di tengah situasi saat ini, kendati harga tiket pesawat—salah satu moda transportasi andalan untuk berwisata—telah diturunkan.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi ada potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata senilai US$530 juta. Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana bahkan menghitung penyebaran virus corona akan membuat RI kehilangan devisa sebesar US$730 juta sepanjang 2020.

Sementara itu, BI memperkirakan penerimaan devisa dari pariwisata akan menurun hingga US$1,3 miliar. Dari penilaian BI, kunjungan turis dapat turun dalam enam bulan ke depan.


Sektor MICE

Sektor lain yang juga kena getah adalah industri meeting, incentive, conference & exhibition (MICE).

Sejumlah konser musik dan pertemuan skala internasional di Tanah Air juga telah dibatalkan. Konser musik yang dibatalkan antara lain 98 Degrees. Grup vokal asal Amerika Serikat, 98 Degrees batal tampil di Love Fest 2020 lantaran penyebaran virus corona yang makin tak terkendali.


Sektor Perhotelan & Restoran

Kalangan pelaku usaha di sektor perhotelan dan restoran juga ikut kena imbas gara-gara virus corona.

Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) mencatat efek penyebaran virus corona telah menekan tingkat okupansi di hotel-hotel di Tanah Air, utamanya di Jakarta.

Menurut PHRI, tingkat okupansi perhotelan kini merosot menjadi hanya 20 persen dari kondisi normal sebelum wabah corona menyebar. Pada kondisi normal, okupansi perhotelan bisa mencapai 70 persen.


Sektor Manufaktur

Salah satu sektor yang juga kena dampak adalah manufaktur, utamanya yang selama ini mengandalkan bahan baku impor. Industri pertekstilan, misalnya, mengalami kekurangan bahan baku akibat aktivitas di China yang belum sepenuhnya normal.

Pasokan bahan baku dan suku cadang mesin industri garmen dari China diakui oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sudah terhenti sejak Januari lalu.

Sejauh ini, mereka mengambil langkah untuk mengimpor dari negara lain. Namun, hal ini tidak mudah direalisasikan karena harga bahan baku dari negara lain jauh lebih mahal.

Dampak virus corona juga dirasakan oleh pelaku industri elektronika. Industri ini sempat mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif untuk menjamin ketersediaan bahan baku komponen dari China agar proses produksi dan ekspor tetap lancer.

Sumber:
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4208667/dampak-covid-19-terhadap-beragam-sektor-masih-dipantau